METODOLOGI PENELITIAN TUGAS 7

PERBEDAAN DAN PENGETESAN REM ABS DAN NON ABS

Seiring dengan berjalananya waktu, teknologi dalam dunia otomotif terus mengalami peningkatan dalam hal kecanggihan. Tidak mengherankan jika kendaraan modern masa kini selalu ditampilkan dengan berbagai fitur canggih yang cukup memanjakan para penggunanya. Salah teknologi pada fitur keamanan dan keselamatan adalah fitur rem.
Hingga sampai hari ini, teknologi rem masih saja terus dikembangkan demi memudahkan para pengemudi dalam penggunaanya. Tak hanya itu saja, pengembangan teknologi rem terbaru juga makin diusahakan untuk pengemudi tetap konsentrasi penuh diperjalanan agar terhindar dari kecelakaan yang tidak diinginkan.
Adapun Teknologi rem terbaru untuk saat ini adalah Sistem Rem Anti Terkunci atau lebih dikenal dengan nama Anti-lock Braking System (ABS). sistem pengereman ini mengadopsi dari teknologi yang telah lama digunakan pada teknologi pesawat terbang. Lantas bagaimanakah cara kerka system ini ?



Untuk semua kendaraan yang menggunakan sistem pengereman ABS, pada setiap rodanya akan menggunakan sensor dan pulser untuk dikontrol oleh computer ABS (control module). Selain itu, perangkat rem pada setiap roda juga dikontrol menggunakan computer ABS. dan pada saat pengereman, ban akan terdeteksi tidak berputar atu selip, untuk itu komputer akan membuat perangkat pada ban tersebut membuka sehingga ban bisa kembali berputar untuk mendapatkan grip dan proses rem pun dilanjutkan.

Sistem ini diadopsi dari teknologi serupa di pesawat terbang. ABS bekerja apabila pada mobil atau motor terjadi pengereman keras sehingga salah sebagian atau semua roda berhenti sementara mobil masih melaju, hal ini bisa membuat kendaraan tidak terkendali sama sekali seperti meliuk ke kanan atau ke kiri dan kendaraan masih tetap melaju walaupun roda sudah berhenti berputar. Tentu saja sangat beresiko kecelakaan terutama di jalan licin dan kelokan.


Manfaat Rem ABS

Penyebab masih meluncurnya sebuah kendaraan setelah di rem bukan karena roda yang masih berputar, tapi bisa diakibatkan gaya sentrifugal. Semakin kencang pergerakan mobil maka semakin besar potensi gaya sentrifugal yang diterimanya ketika dilakukan pengentian mendadak. Pada mobil tanpa fitur ABS gaya sentrifugal yang besar bahkan mampu menyeret ban yang terkunci oleh rem.
Efek dari gaya sentrifugal memang hanya melempar mobil lurus ke depan. Namun bisa dibayangkan, bagaimana bila ketika gaya sentrifugal diterima mobil posisi roda depan sedang dalam keadaan miring. Ya, mobil akan meluncur tak terkendali, bahkan paling fatal mengakibatkan mobil terbalik.





 


Untuk mengurangi gaya sentrifugal itulah maka tercipta rem ABS. Namun jauh sebelum ABS ditemukan para pembalap telah menerapkan prinsif kerja rem ABS secara manual. Para pembalap biasanya melakukan pengereman dari kecepatan tinggi dengan cara menekan pedal rem secara bertahap, dalam reflek tinggi dan bobot tekanan yang berbeda-beda.
Pengemudi awam kerap memahami metode ini dengan melakukan tindakan “mengocok” rem. Namun hampir sebagian besar dari mereka salah menerapkannya. Alhasil, tak ada manfaat dari tindakannya itu.
Sebetulnya, yang dilakukan pembalap tempo dulu (sebelum ditemukan ABS) sama dengan prinsip sederhana kerja fitur ABS. ABS melakukan pengurangan laju secara gradual dengan pengereman bertahap. Metode kerjanya dikontrol secara mekanis. Tujuannya, untuk menghindari roda terkunci, sehingga potensi gaya sentrifugal yang akan mendorong mobil ikut terkurangi.
Pada mobil-mobil mahal, sistem ABS sudah dikontrol oleh teknologi komputer yang cerdas. Beberapa mobil canggih bahkan bisa mengontrol besaran tekanan rem yang dibutuhkan untuk masing-masing roda.
Namun terkadang, tanpa di sadari, banyak pengendara mobil berfitur ABS masih memperlakukan gaya pengereman “mengocok”. Tindakan ini sama sekali tidak dibutuhkan. Sebaliknya bila hal ini dilakukan maka hanya akan membingungka sensor ABS yang pada ujungnya mengurangi sensitifitas pengereman.



Komponen utama dari sistem pengereman ABS adalah :
1. Wheel Speed Sensor

Wheel Speed Sensor berfungsi untuk mendeteksi kecepatan roda dan mendeteksi terjadinya slip pada roda kendaraan yang nantinya data yang diterima diinformasikan ke ABS Control Modul.
Wheel speed sensor terdiri dari sensor dan rotor. Di dalam sensor terdapat magnet yang menghasilkan garis gaya magnet dan pada rotor terdapat roda gigi. Saat rotor berputar roda gigi yang berputar memotong garis gaya magnet sehingga menghasilkan gaya induksi elektromotif bolak-balik sesuai dengan kecepatan rotor. Oleh sensor gaya induksi elektromotif bolak-balik ini dubah menjadi sinyal gelombang sinus tegangan kemudian dikirimkan ke ABS Control Modul.
2. ABS Control Modul
ABS Control Modul adalah unit yang memproses semua sensor untuk mengendalikan kerja sistem rem ABS dengan cara mengatur kerja setiap solenoid yang ada didalam hidrolik unit.
Selain fungsi tersebut ABS Control Modul sebagai:
  1. Fungsi Self Diagnosis, adalah fungsi untuk mendiagnosa sistem dan komponen rem pada berbagai kondisi dan hasilnya diinformasikan dalam DTC dengan penyalaan lampu peringatan ABS.
  2. Fungsi Fail-Safe, adalah fungsi keamanan dimana jika terjadi masalah pada fungsi ABS, maka sistem ABS akan off dan sistem rem akan kembali pada sistem rem konvensional (tanpa ABS).
  3. Sirkuit Pembentuk Gelombang, merubah sinyal output dari wheel speed sensor berupa gelombang sinus (analog) yang frekuensinya berubah-ubah berdasarkan perubahan kecepatan roda menjadi sinyal pulsa (digital) sehingga dapat diproses oleh micro komputer.
  4. Micro Computer Unit (MCU), mendeteksi kecepatan roda, percepatan atau perlambatan kecepatan roda dan kecepatan kendaraan sesuai dengan sinyal digital yang dikirim dari sirkuit pembentuk gelombang sehingga kondisi slip kendaraan dapat dideteksi setiap waktu: (1) Saat perlambatan kecepatan roda menurun drastis hingga dibawah kecepatan yang ditentukan, MCU menentukan angka slip tinggi dan mengirim sinyal untuk menahan atau mengurangi tekanan rem. (2) Sebaliknya saat percepatan kecepatan roda meningkat hingga pada batas yang telah ditentukan, MCU menentukan angka slip rendah mengirim sinyal untuk menaikkan tekanan rem.
  5. Sirkuit Solenoid Control, sirkuit ini menggunakan power transistor dan mengontrol arus yang mengalir ke solenoid valve didalam hidrolik unit.
  6. Sirkuit Fail- safe, sirkuit ini memonitor kerja dari sensor, solenoid dan ABS control modul. Bila terdapat unit atau sistem yang tidak berfungsi sirkuit akan menghentikan kerja dari semua solenoid dan motor, dan sistem rem akan berfungsi secara konvensional, lampu peringatan ABS pada panel instrumen akan menyala.
3. Hidrolik Unit (Actuator)
Hidrolik unit terdiri dari solenoid valve, pompa, reservoir, accumulator. Solenoid valve mengubah posisi anchor berdasarkan output dari ABS control modul.


  1. Saat sirkuit penghasil tekanan terbentuk, minyak rem dalam caliper/wheel cylinder mengalir menuju ke reservoir dan tekanan rem menurun. Pompa mengalirkan minyak rem ke accumulator dimana tersimpan minyak rem yang bertekanan tinggi, sebelum dikembalikan ke master cylinder.
  2. Saat sirkuit penahan tekanan terbentuk, saluran caliper terputus dan tekanan minyak dalam caliper dijaga agar konsisten.
  3. Saat sirkuit peningkatan terbentuk, minyak rem yang bertekanan tinggi pada accumulator diteruskan ke caliper. Bila tekanan minyak rem dalam accumulator belum tinggi, tekanan minyak rem dalam caliper sama dengan tekanan minyak rem pada master cylinder.
Cara kerja Rem ABS 
Ketika sensornya mendeteksi ada roda mengunci, ia akan memerintahkan piston rem untuk melepaskan tekanan kembali ke titik normal , lalu mengeraskannya kembali begitu roda berputar. Proses itu berlangsung sangat cepat, bisa mencapai 15 kali/detik. Efeknya adalah mobil tetap dapat dikendalikan dan jarak pengereman makin efektif sehingga dapat mengurangi tingkat kecelakaan.




Kelebihan dari pada ABS (antilock braking system) lebih cepat melakukan pengereman dari pada sistem biasa yang terdapat pada mobil dan lebih stabil apabila terjadi suatu pengereman mendadak namun tidak membuat mobil kehilangan pengendalian sebesar 5-30% dibandingkan dengan pengereman standar yang terdapat di mobil yang umumnya menggunakan dua buah rem cakram dan dua buah tromol tekanan gas yang di setting oleh pabrik.

Kelemahan Rem ABS
Dari keunggulan diatas ada juga kelemahan dari fitur rem ABS yang perlu anda perhatikan. Berikut ini adalah kelemahan fatal sistem pengreman ABS (Anti-lock Braking System) berdasarkan pengalaman pribadi penulis saat menggunakan beberapa mobil dengan sistem rem ABS demikian. Karenanya, tulisan ini bukan kajian teoritis, melainkan sepenuhnya pengalaman pribadi.
Inti sistem kerja rem ABS adalah mencegah rem terkunci saat pedal rem diinjak secara mendadak dan dalam. Pengereman akan diatur secara mekanis oleh komputer agar rem tetap bekerja optimal, tidak mengunci, sehingga mobil tidak terus meluncur (lihat gambar di atas). Mirip teknik “mengocok” pada sistem rem biasa, namun pada ABS kocokan diatur sangat cepat per sekian detik oleh sistem mekanis komputer.
Kelemahan fatal rem ABS yang penulis alami adalah ini: rem tidak pakem di jalan berkerikil, atau kontur jalan tidak rata, atau saat rem basah terkena air. Dalam tiga keadaan ini rem ABS tidak berkerja optimal. Mobil tetap juga meluncur saat direm. Tidak enaknya saat direm mendadak disertai bunyi menggeruk gruk! gruk! gruk!
Dahulu, saat awal-awal menggunakan mobil dengan rem ABS, kukira remnya yang rusak karena tidak pakem dan berbunyi menggeruk saat direm di permukaan jalan tak rata atau saat rem basah. Kata mekanik bengkel resmi, remnya baik-baik saja, berfungsi normal.
Tentu saja keadaan demikian sangat mencemaskan (kadang bikin malu). Karena itu, jangan sekali-kali melajukan kendaraan terlalu cepat—lebih dari 60 km/jam—ketika melewati jalan berkerikil, berbatu, jalan tidak rata, jalan tanah, dan saat rem basah terkena air hujan dll. Pasalnya, jika diperlukan ngerem mendadak, mobil akan sulit dihentikan dengan optimal.
Biasa terjadi saat mobil sedang melaju tiba-tiba keluar dari aspal. Nah, hati-hatilah. Rem ABS sulit bekerja optimal jika roda terkena permukaan yang berkerikil, berbatu, tidak rata, tanah, atau dipermukaan tanah berumput. Yang paling mengerikan saat roda keluar dari aspal sementara mobil sudah mendekati jurang, karena rem ABS tidak bekerja optimal. Bisa-bisa masuk jurang.

Metode pengetesan dilakukan dengan Racelogic, waktu dan jarak akurat dari satelit

METODE PENGETESAN

Tes dilakukan menggunakan Toyota Avanza S A/T 2009 yang sudah dilengkapi ABS, dengan kecepatan 60 kpj di atas aspal kering, kemudian direm mentok hingga berhenti. Untuk pengetesan tanpa ABS, sekering 30A di bawah kap mesin dicabut untuk menonaktifkan fitur tersebut.

Kami juga menyematkan tes dengan Cadence Braking, yaitu metode memompa kaki atau ‘injak dan lepas’, yang bertujuan sama dan merupakan alternatif sebelum ABS populer.

Tes pertama diisi oleh satu penumpang seberat 85 kg, sedangkan yang kedua ditambah 4 orang hingga bobot totalnya mencapai 388 kg. Untuk alat ukur, digunakan Racelogic yang dapat mengambil data 60-0 km/jam dan jaraknya via satelit.



Hasil TES

1 Orang                   Trial 1                             Trial 2                                Karakter
(85 kg)                     Waktu         Jarak          Waktu       Jarak

ABS                         2 detik         16,3 m         2,1 detik      16,6 m               Lurus
Non-ABS                 2,6 detik       2,7 detik        21,6 m       21,1 m               Belok
Cadence                  2,1 detik       17,7 m          2,4 detik      19 m                 Lurus

5 Orang                   Trial 1                           Trial 2                                  Karakter
(388 kg)                  Waktu         Jarak         Waktu         Jarak

ABS                         2 detik        17,6 m        2,2 detik       17,8 m                Lurus
Non-ABS                 2,9 detik      22,3 m         22,7 m         22,7 m               Lurus
Cadence                  2,5 detik       20 m           2,3 detik       20,1 m                Lurus



Tes tanpa ABS bisa cabut sekering

KESIMPULAN


Pengereman dengan ABS jelas memberikan efek signifikan, dengan perbedaan jarak vs non ABS mencapai 5,3 m dan selang waktu 0,9 detik ketika diisi banyak penumpang. Namun bagi yang kendaraanya belum memiliki fitur ini, tetap bisa mengaplikasikan metode Cadence, yang terbukti juga dapat memotong waktu dan jarak pengereman, meski gap-nya akan semakin besar ketika dalam bobot penuh. 


Sumber :
http://otomotifnet.com/Mobil/Teknik/Tes-Rem-Abs-Vs-Non-Abs-Seberapa-Signifikan-Bedanya 
http://www.ridergalau.com/rem-abs/ 
https://www.mobilmo.com/keunggulan-teknologi-rem-abs-dan-cara-kerjanya-7883 

 

Komentar

Postingan Populer